Category Archives: Cerpen Nuun

Semua ini dikhususkan untuk cerpen aja

ah, hidup…

Terik matahari menggigit kepalaku, siang ini sungguh beda dari biasanya, panasnya sekitar lebih dari 30 derjat. Membuatku malas untuk keluar, tapi beban tanggung jawab terasa berat dipundakku, dan aku harus pergi, karena hanya ini satu-satunya cara untuk aku dan keluargaku agar tetap bertahan hidup. Aku harus keluar, meski terik matahari begitu menyengat ataupun hujan yang begitu lebat. Karena aku harus terus giat bekerja, untuk adikku agar terus tetap melanjutkan sekolahnya, untuk ibuku yang sekarang sudah sakit-sakitan dan terutama untuk makan kami sehar-hari. Lalu bagaimana dengan kuliahku? Sungguh sayang jika aku tinggalkan, karena aku hanya butuh waktu 6 bulan lagi untuk aku menyandang gelar sarjana di namaku. Tapi, bagaimana dengan keluargaku? Aku punya tanggung jawab sebagai seorang anak laki-laki dan anak sulung.. Oh ayah.. jika saja engkau masih di sini.. menemani kami, tentunya hidupku tak akan seperti ini, dan aku akan dengan bangga memamerkan gelar itu, dan sebagai… aaaah sudahlah, aku harus tetap semangat.. dan tetap semangat..untuk apa aku berandai-andai, toh semuanya sudah terjadi, semuanya sudah berlalu. Read the rest of this entry

Aku Sayang Bunda

Pada suatu sore, seorang anak menghampiri Ibunya di dapur, yang
sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang
selesai ditulisinya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya dengan
celemek, ia membacanya dan inilah tulisan si anak:
– Untuk memotong rumput minggu ini Rp. 7 500,00
– Untuk membersihkan kamar minggu ini Rp. 5 000,00
– Untuk pergi ke toko menggantikan mama Rp. 10 000,00
– Untuk menjaga adik waktu bunda belanja Rp. 15 000,00
– Untuk membuang sampah setiap hari Rp. 5 000,00
– Untuk rapor yang bagus Rp. 25 000,00
– Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp. 12 500,00
——————————————————-
Jumlah utang Rp. 80.000,00 Read the rest of this entry

Sahabatku

Kerlipan bintang menemaniku malam ini bersama cahaya mataku, gelapnya malam bersama padamnya lampu menambah kesunyianku di malam ini, ditambah lagi teman sekamarku mengabariku bahwa ia akan nginap di kos kakaknya, oh siapa gerangan yang ingin menemaniku malam ini? Ups, yah, aku ingat temanku, bahkan ia sahabatku, yang selalu menemaniku di kala senang maupun duka, yah Aida, teman yang selalu kusayang dan kucinta karena Tuhanku. Kurasa tak ada salahnya bila aku menyuruhnya untuk menginap di kosku.
Asyik, Aida akan menemaniku malam ini, sungguh ia teman terbaikku yang pernah kumiliki, meski jarak rumah yang lumayan jauh, namun ia tetap mau datang menemaniku. Aida memang sahabatku. Ia menutupi segala kekuranganku, terutama pada sikapku yang pelupa. Maka ia selalu mengingatkanku, baik itu barang yang ketinggalan ketika aku memerlukannya, maupun mengingatkanku ketika aku melakukan kesalahan. Begitu juga sebaliknya, Aida orang yang pendiam, dan sifat pendiamnya itu akan berubah cerewet jika ia sedang bersamaku. Aida, aku sungguh menyayangimu.
Sebagai rasa terima kasihku selama ini , kusediakan makan malam yang istimewa untuknya, indomie kuah dan telur dadar, yah maklumlah masakan anak kos, tapi kali ini aku sengaja memasak telur dadar untuknya, karena ia begitu menyukai telur dadar masakanku, ”beda rasanya” begitu kata yang keluar setiap kali ia memakan telur dadar buatanku. Read the rest of this entry

Jeritan di Balik Dinding

“oek, oek, oek, tolong aku, keluarin aku dari tempat kotor ini, bauk, oek, oek”, teriakku dengan tangisan. Aku tidak tau apakah ada yang tau dengan maksud teriakanku ini, karena aku hanya bisa menangis,seolah lidahku kelu membisu. Sudah ku coba berulang kali mengeraskan suaraku tapi tak ada yang mengangkatku dari tempat kotor ini. Barang apa yang ada di samping ku ini? Kenapa begitu bau, apakah di dunia ini semua benda baunya seperti ini? Ah, seandainya waktu bisa berputar kembali, aku tak akan ada di tempat yang kotor ini.

Ini semua karena dua manusia itu, manusia yang tak bertanggung jawab, manusia yang hanya ingin kenikmatan dunia saja, enak sekali mereka, setelah bersenang-senang mereka malah mencampakkan aku di tempat yang kotor ini. Akan ku tuntut kalian di akhirat kelak”. Gerutuku dalam tangis sambil terus meminta tolong hingga aku lelah karena tak ada yang mendengarku atau mungkin orang di dunia ini pada tuli semua aku tak tau, yang jelas tak ada yang menolongku dan mengangkatku dari tempat ini. Oh.. seandainya waktu itu tak terjadi. Read the rest of this entry