Sahabatku

Kerlipan bintang menemaniku malam ini bersama cahaya mataku, gelapnya malam bersama padamnya lampu menambah kesunyianku di malam ini, ditambah lagi teman sekamarku mengabariku bahwa ia akan nginap di kos kakaknya, oh siapa gerangan yang ingin menemaniku malam ini? Ups, yah, aku ingat temanku, bahkan ia sahabatku, yang selalu menemaniku di kala senang maupun duka, yah Aida, teman yang selalu kusayang dan kucinta karena Tuhanku. Kurasa tak ada salahnya bila aku menyuruhnya untuk menginap di kosku.
Asyik, Aida akan menemaniku malam ini, sungguh ia teman terbaikku yang pernah kumiliki, meski jarak rumah yang lumayan jauh, namun ia tetap mau datang menemaniku. Aida memang sahabatku. Ia menutupi segala kekuranganku, terutama pada sikapku yang pelupa. Maka ia selalu mengingatkanku, baik itu barang yang ketinggalan ketika aku memerlukannya, maupun mengingatkanku ketika aku melakukan kesalahan. Begitu juga sebaliknya, Aida orang yang pendiam, dan sifat pendiamnya itu akan berubah cerewet jika ia sedang bersamaku. Aida, aku sungguh menyayangimu.
Sebagai rasa terima kasihku selama ini , kusediakan makan malam yang istimewa untuknya, indomie kuah dan telur dadar, yah maklumlah masakan anak kos, tapi kali ini aku sengaja memasak telur dadar untuknya, karena ia begitu menyukai telur dadar masakanku, ”beda rasanya” begitu kata yang keluar setiap kali ia memakan telur dadar buatanku.
”Assalamu ’alaikum”
”Alaikissalam warahmatullah, maaf ya buk, selalu ngerepotin”
”alah, kek gak biasa aja, eh by the way, keknya aku nyium aroma sedap neh, yup pasti telur dadar, cieh.. tumben..”
”yah, anggap ajalah ucapan terima kasih karna mau nemenin aku malam ini”
”tumben, biasanya aku nginap di sini jarang tuh pake disediain kekgini segala”
”yah, anggap aja kali ini aku lagi baek, gitu aja kok repot seh!”
”ok deh, asyik neh”
Setelah makan malam, seperti biasa aku dan Aida akan memulai acara curhat-curhatan, dari cerita di organisasi, masalah hati dan masalah keluarga. Begitulah aku dan Aida, kami telah mengenal satu sama lain, dan teman-teman sekelas juga sangat senang melihat pertemanan kami yang begitu akrab.
Xxx
Selain jadi mahasiswa, aku juga seorang pedagang, dan Aida sangat senang dengan bakat daganganku ini, apalagi kalau sudah mengeluarkan jurus daganganku, Aida akan tertawa, lucu katanya, dan biasanya kalau sudah begitu ia akan menjadi asistenku, mengembalikan uang atau memilihkan baju yang ditanya pembeli. Dan sebagai teman yang sangat baik, ia mau menemaniku ketika berjualan.
”Aida, besok pagi kamu ada acara gak?”
”Emang kenapa?”
”kemarin ada yang nawari jualan kue padaku, dan alhamdulillah banyak yang mesan, biasalah, kan sudah dekat liburan jadi teman-teman banyak yang mesan untuk oleh-oleh katanya, dan tempatnya lumayan jauh, kamu mau gak?”
”kenapa kamu gak ngajak Vira aja? dia kan punya motor? Biar bawanya lebih gampang, gimana?”
”Iya yah, besok aku ajak Vira aja deh yah, dia kan punya motor!”
”kalau gitu, aku juga mesan satu bungkus yah?”
”oke deh, besok langsung aku antar deh ke kos mu!”
Xxx
Vira adalah salah satu teman di kelasku, dia satu-satunya cewek yang punya motor bisa di ajak kemana-mana. Dan Pagi ini aku janjian dengan Vira untuk menjemput pesanan kue teman-temanku, dan aku bersyukur Vira mau menemaniku, karena selain tempatnya yang jauh, lewat gang-gang kecil, aku juga harus membawa tujuh kerdus sebesar ukuran kerdus indomie. Dan Vira tersenyum kecut melihat bawaan kami yang lumayan banyak, dan aku hanya bisa tersenyum simpul melihatnya, rasa segan dan gak sampai hati bercampur di hatiku.
”Waduh, jadi gak enah neh, anak orang kuliah bagus-bagus malah aku suruh untuk ngangkatin kue” aku membuka pembicaraan.
”iya neh, kalo mamak ku tau bahaya juga neh, mau jadi apalah kau nak!” jawabnya sambil tertawa.
”Maaf lah Vir, aku gak tau kalo bakal sebanyak ini.., jadi gimana dong?”
”loh, ya ayuk, masa’ mau ditinggal!” jawabnya, yang membuat aku kegirangan.
Sungguh aku tidak pernah membayangkan kejadian saat ini, 3 kardus kue kupangku dengan duduk miringku, dan Vira meletakkan 4 kerdus lagi di depannya, ditambah lagi terik matahari yang menemani kami bersama macetnya jalan raya. Sungguh hari ini sangat mengesankan, kami layaknya sepasang kakak adik yang sedang mencari makan, Aku bingung dengan cara apa aku harus berterimakasih padanya.
”Vir, aku beneran gak enah neh, maaf lah ya kalau aku ngerepotin kekgini”
”gak papa, santai lah.. biasa aja lagi”
”makasih ya Vir, oia, berarti kekgini lah susahnya orang cari makan ya Vir?”
”hehe” Vira hanya tertawa kecil
”Oia Vir, biar beratnya berkurang tar kita langsung singgah aja yah ke rumah Aida, tar kan kita lewat rumahnya, biar sekalian jalan ok?”
”Oke deh!”
Sesampainya di rumah Aida, Aida menyambut kami dengan tertawa, aku tau ia sedang mengejekku.
”Oalah, dasar pembisnis, sampai-sampai orang pun ikut jadi korban, yang sabar ya Vir” katanya sambil mengejekku.
Aku hanya bisa cengengesan mendengar ejekannya.
”Lagi ngapain Aida?” tanyaku sambil mengalihkan pembicaraan.
”loh, yang ditanya lain, kok yang dijawab lain, lagi nyetrika tuh, mau bantuin?” jawabnya sambil becanda.
Sesampainya di kos Aida kami istirahat sejenak, menghilangkan letih selama diperjalan. Vira langsung mengambil posisi enak di ruang tamu, dan aku menyandarkan tubuhku di dinding biru kos Aida, di sela-sela nikmatnya tiupan kipas angin terdengar deringan yang tak asing lagi kudengar.
”Aida, ada sms tuh!”
”iya bentar”
Kulihat aida datang ke ruang tamu sambil membawakan dua gelas air putih, ia begitu pengertian dengan teman-temannya yang sedang kehausan.
”nah gitu dong, emang Aida neh, tau aja kebutuhan orang, Vir minum neh!” seruku pada Vira.
”Iya bentar” jawabnya sambil turun dari kursi tamu
”eh, Vira lihat neh” kata Aida sambil melihatkan isi Sms pada Vira. Kemudian mereka tertawa.
”Ada apa seh, boleh tau gak?” tanyaku penasaran.
”mmm, gimana yah? Ga usah lah ya? Rahasia buk”
”Gitu yah?” jawabku kecewa
”jangan ngambek gitu lah! Gimana Vir, kasih tau gak? Ntar dia marah neh!”
”Jangan, tar kalau dia tau, dia bisa marah, tapi terserah mu lah” jawab Vira yang membuat aku semakin penasaran.
”ada apa seh? Bikin penasaran aja lah! Kok Aida gitu, masa` si Vira boleh tau, tapi aku gak, emang ada apa seh?” tanyaku semakin penasaran
”Maaf lah yah buk, tapi kali ini, emang rahasia, gak usah tau yah!” bujuk Aida padaku, dan aku hanya terdiam marah. Aida pun kembali menyetrika bajunya yang tertunda.
Sementara aku semakin diam membisu, Aida tidak pernah menyembunyikan apapun dariku, baru kali ini ia berbuat begitu padaku, di depan mataku lagi, ada apa yah sebenarnya? Sungguh hatiku merasa tidak nyaman saat ini, aku merasa asing pada temanku sendiri, kubujuk Vira untuk memberitahuku, tapi tak juga berhasil, akhirnya kuputuskan untuk berpuisi pada sahabatku itu.
Rasa sayang telah terjalin di antara kita
Ukhuwah juga telah melekat di dalam jiwa
Tapi, apakah aku punya noda dalam tintamu?
Sehingga kau menyembunyikan sesuatu padaku?
Jika terjadi di belakang tak mengapa bagiku
Tapi jika di depan itu terasa sakit dihatiku
Seperti itukah dirimu?

Klik, kukirim potongan sms itu ke hp Aida, tiga menit kemudian Aida datang menemuiku.
”Jangan marah gitu dong Nis.., Vira gimana neh, ku kasih tau aja deh ya?”
”Aduh, gimana yah, takutnya dia gak senang gitu, dan makin marah” jawab Vira yang semakin membuatku bingung.
”Nisa, janji yah gak akan marah?” tanya Aida
”Iya, janji aku gak akan marah” jawabku mantap.
”jadi gini, kemarin tuh si rani dapat beasiswa, jadi kami (aku, Farida, Vira, Sani ama farid) diajak makan bareng gitu ma dia, terus malam ini mau ngelanjut lagi”
”Jadi bunyi sms tadi cuma mau ngajak makan?” tanyaku heran
”Iya”
”terus kenapa aku harus marah? Kan itu uang Rani, aku gak punya hak dong untuk marah” tanyaku semakin heran
”aku pikir, kamu bakal marah karena kamu gak diajak” jawab Aida lugu
”ya gak mungkin lah aku marah cuma karena itu Aida, yah wajar Rani traktir orang-orang yang dia mau”
”jadi Nisa gak marah”
”loh lucu, kenapa aku harus marah coba?” jawabku heran.
Setelah lama merasa keletihan berlalu dari diri kami, aku dan Vira pamit pada Aida untuk melanjutkan perjalanan, lagi-lagi Aida merasa lucu ,melihat kami yang seperti sepasang kakak adik sedang mencari makan, namun bawaan kami lumayan berkurang setelah satu kerdus singgah di kos Aida.
Setelah menghantarkan semua pesanan, aku dan Vira kembali ke kosku, ku berikan sebungkus kue untuk Vira tanda terima kasihku. Mula-mula Vira menolak, namun karena aku memaksa, akhirnya ia menerimanya juga.
Xxx
Hari ini aku menagih semua pesanan kue teman-temanku dan al-hamdulillah hari ini aku lalui dengan sangat bahagia, mungkin karena aku mendapat untung banyak, kugambarkan kebahagiaanku dengan menyanyikan lagu kesayanganku.
”Cieh… ada apa neh? Kok keknya bahagia banget?” tanya Lila teman sekamarku
”oh, iya, lagi dapet untung banyak” jawabku jujur
”Boleh dong makan-makan?”
”oke deh tar malam yah” jawabku senang
”oh iya, semalam aku lihat aida loh di mall ama temen-temen Nisa yang lain, Nisa kok gak ikut?
”oh, iya Lil, mereka ada janjian gitu” jawabku seadanya
”loh, biasanya ada aida, Nisa juga ikut?”
”Yah gak harus gitu kali, soalnya orang tu lagi ditraktir temen, dan aku gak masuk kategori” jawabku tertawa, dan Lila pun ikut tertawa.
Xxx
Pagi ini aku sungguh buru-buru, aku kesiangan sementara aku harus masuk kuliah jam 09.30, dan cucianku sudah kurendam dari tadi malam, dan jam telah menunjukkan pukul 08.00, aduh gimana neh? Nyapu dulu aja deh.
”Assalamu ’alaikum”
”Alaikissalam warahmatullah, siapa? Masuk aja?” jawabku
”lagi pain buk?” tanya vivi teman sekelasku
”oh, lagi beres-beres neh, tumben cepet datang, ada apa neh?”
”gak, cuma mau pergi bareng aja ama Nisa`”
”oia Nis, tau gak kalau kemaren temen-temen yang lain lagi makan-makan bareng?” tanya Nisa
”tau, berenam kan?”
”Kok Nisa` tau?”
”kerna dikasi tau ama Aida”
”yang mereka nonton bareng Nisa tau juga”
”hah, nonton bareng? Kalau yang itu, Nisa gak tau” jawabku heran
”kok mereka gitu yah Nis, main sendiri-sendiri, gak ngajak temen-temen, padahal kemaren si Sri ngajakin kita semua loh untuk nonton bareng, eh rupanya mereka dah nonton duluan diam-diam”
”trus si Sri dah tau kalau mereka dah pergi nonton?”
”assalamu ’alaikum” tiba-tiba Sri datang
”alaikissalam warahmatullah, eh sri, masuk Sri” jawabku
”Eh, Nisa ada gosip lah, aku kesel kali”
”emang kenapa sri?” tanyaku penasaran
”kamu tau kan kalau dari kemaren-kemaren tuh, aku pengen kali kita nonton bareng satu kelas, ternyata mereka malah dah pergi duluan, gak ngajak-ngajak pula tuh” repet Sri
”Mungkin mereka dibayarin si Rani Sri, makanya gak ngajak kita?” jawabku seadanya.
”loh, kalau memang mereka dibayarin si Rani, emang kenapa? Kan gakpapa, kita bisa kok bayar sendiri, cuma kan aku tuh pengen kita bareng-bareng, trus kan Nis, sebetulnya kemaren tuh si Dila juga diajak ama orang tuh, cuma dia gak mau ikut, karena gak enak sama ku, kamu tau lah kalau aku dan Dila kan temen dekat” jawab Sri menggebu-gebu.
”kok gitu ya Sri? Kenapa orang tu gak mau ngajak kita yah?” tanyaku heran
”entahlah, tega kali orang tuh, aku kesel kali Nis, aku yang punya ide untuk nonton bareng, trus mereka setuju, tapi kok malah orang tuh nonton diam-diam, yau dahlah Nis, kita juga bisa kok buat gitu, aku nitip buku yah, aku mau ke fotokopi dulu, tar ku ambil” jawab Sri sambil berlalu.
Xxx
Kata-kata Sri tadi terus terngiang di telingaku, ” sebetulnya kemaren tuh si Dila juga diajak ama orang tuh, Cuma dia gak mau ikut, karena gak enak sama ku” aku teringat Aida, apa aida juga bersalah dalam hal ini? Oh entahlah, nanti saja kutanya di kampus.
Hari ini, aida begitu berbeda padaku, ia begitu dekat dengan Rani dan Farida, lagi-lagi kata-kata Sri terngiang di telingaku. Yah sudah lah, kalau aida maunya seperti ini. Ku ambil posisi dudukku di belakang, aku masih tidak mengerti, apa yang terjadi dengan Aida. Dan ternyata gosip begitu cepat menyebar, teman-teman semua pada heboh membicarakan tentang kepergian mereka menonton yang tak bilang-bilang. Terdengar salah seorang dari mereka berucap ” katanya selalu sama-sama, tapi nyatanya dia juga yang mecah duluan”. Aku semakin membisu dalam kediamanku, karena aku tak tau apa yang terjadi sebenarnya.
Semakin lama, Aida semakin menjauh dariku, dan aku tak tau harus mulai dari mana, aku telah memaafkannya, namun ia tetap menjauh dariku, berulang kali aku coba untuk memperbaiki hubungan persahabatan kami, namun ia tetap menjauh dariku. Aku merasa dicuekin, Akhirnya kuputuskan untuk mengabaikannya, karena masih banyak yang ingin berteman dariku.
Xxx
Hari ini hari lahir ku yang ke 23, aku merasa senang karena pagi-pagi aku banyak mendapat ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman sekelasku , kecuali mereka berenam termasuk Aida. Lagi-lagi aku sudah tak menghiraukannya.
Namun kejutan itu tiba, Aida yang begitu melihatku tiba di kelas langsung memelukku dan memberiku ucapan selamat sambil memberiku sebuah kado. Aku tak menyangka, kuucapkan banyak terimakasih padanya. Aku merasa temanku telah kembali, dan di hari lahirku kali ini aku merasa beda dari sebelumnya, karena kado terindahku telah kembali, yaitu ”persahabatan”.
Sesampainya di kos aku langsung membuka kado yang diberi Aida, ia memberiku sepasanga sendal, aku begitu bahagia menerimanya, dan Aida juga menyelipkan sepucuk surat.
Dear Nisa sayang, semoga hari-harimu selalu dipenuhi dengan keridhaan Allah, maafku untukmu, jika selama ini aku sering menyakiti hatimu. Aku menyayangimu, selalu kuberharap. Kuhanturkan maaf yang terdalam untukmu, karena yang ada ku malah menyakitimu walau kutiada pernah bermaksud melakukan itu. Sungguh kumerindukanmu.
Dan aku pernah menjadi orang terdekatmu, namun kini ada jarak yang terbentang di antara kita, ku ingin menghapus kesalahan itu walau untuk seperti dulu lagi, sedikit berat untuk terwujud.
Entah kenapa, jika kuingin mengerti akan hadirnya seseorang yang kusayangi adalah setelah dia tiada bersamaku, setelah ku kehilangannya. Karena ketika berada di dekatku, yang lebih sering terlihat adalah kekurangan-2nya, kesalahan-kesalahan kecil yang dia perbuat, bodoh memang, dan bodohnya lagi ku tidak mudah memaafkan jika aku telah tersakiti, sangat lama maaf itu dapat kuberikan, begitu egois. Sejuta kebaikan yang ada pada dirimu akan hilang karena setitik noda, dan itu hanya kelihatan noda jika dipandang dari sudut pandang pribadiku. Dan untuk itu semua aku memohon maf padamu. Ku akui kumerindukanmu setelah kehilanganmu.
”Sahabat”
Oh, sahabat
Tiada terasa kan usai
Kebersamaan yang telah kita ukirkan
Harungi segala cobaan dan perjuangan
Dalam langkah yang baru setapak ditancapkan

Oh, sahabat
Kalbukan terasa sunyi
Tiada tempat ringankan beban di hati
Berbagi kisah kala titi perjalanan
Tuk hadapi sebuah dilema diri

Segala coba ujian
Moga menguatkan
Membulat ketetapan
Di jalan panjang nan berliku

Kukan ikuti jejak langkah keikhlasanmu
Tuk mantapkan ukiran bakti pada Tuhanku

Oh, sahabat
Kenangku dalam doamu
Ridhalah padaku andai kau ingat salahku

Tak terasa air mataku menetes setelah membaca surat dari Aida, aku baru tau kalau ternyata selama ini aku menyakitinya, tapi kapan yah? Sudahlah yang penting aku akan memperbaiki hubunganku dengannya besok.
Xxx
Lagi-lagi aku merasa aneh, ketika aku memulai untuk kembali mendekati Aida, lagi-lagi aku dicuekin, aku diabaikan. Aku semakin tidak mengerti, ada apa gerangan pada dirimu Aida?

About amisha syahidah

selalu ingin berbagi hikmah disetiap kejadian.

Tinggalkan komentar